Selasa, 26 Maret 2013

askep sifilis dan gonorhe


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Sifilis ( lues venera, penyakit raja singa ) termasuk penyakit akibat hubungan seksual yang paling ditakuti, karena mempunyai jangkauan yang sangat luas.
Menurut laporan WHO, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa pada saat ini umumnya terlihat penurunan insiden sifilis, kecuali pada beberapa Negara tertentu mulai meningkat lagi, misalnya di Kuba, Amerika Serikat, dan Denmark. Laporan ini juga mengatakan bahwa penyakit ini cenderung menyerang usia muda dan laki – laki lebih sering terkena dibandingkan dengan wanita. Pada masa sekarang sifilis dengan gejala berat jarang ditemukan. Di Indonesia, insiden sifilis terlihat menurun, demikian juga di Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin FKUA / RSU Dr. Soetomo tetapi sekitar 2 – 3 tahun terakhir ini terlihat meningkat kembali.
Gonoroe ( Gonorhoeae ) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorhoeae, suatu diplokokus gram negatif. Infeksi umumnya terjadi karena aktivitas seksual secara genito – genital, namun dapat juga melalui kontak seksual secara oro – genital dan ano – genital.Pada laki – laki umumnya menyebabkan urethritis akut, sementara pada perempuan menyebabkan servisitis yang mungkin saja asimtomatis.
Di Negara Amerika Serikat, rata – rata tertinggi yang terkena penyakit gonoroe ditemukan pada orang – orang yang belum menikah yang berusia sekitar 15 – 30 tahun. Tempat tersering pada wanita yang terkena infeksi gonoroe adalah endoserviks ( 80 – 90 % ), diikuti uretra ( 80 % ), rectum ( 40 % ), dan faring ( 10 – 20 % ).
Dari data – data yang telah kami peroleh tersebut diatas, maka dengan ini kami akan membahasnya dalam makalah ini.

1.2         Rumusan Masalah
1.2.1    Apakah yang dimaksud dengan Sifilis dan Gonoroe ?
1.2.2    Apakah yang menjadi penyebab terjadinya Sifilis dan Gonoroe?
1.2.3    Bagaimana manifestasi klinis penyakit Sifilis dan Gonoroe ?
1.2.4    Bagaimana komplikasi yang terjadi pada Sifilis dan Gonoroe?
1.2.5    Bagaimana patofisiologi terjadinya Sifilis dan Gonoroe ?
1.2.6    Apa saja pemeriksaan penunjang pada Sifilis dan Gonoroe ?
1.2.7    Bagaimana penatalaksanaan Sifilis dan Gonoroe ?
1.2.8    Bagaimana proses asuhan keperawatan pada penyakit Sifilis dan Gonoroe ?

1.3         Tujuan
1.3.1    Untuk menghasilkan deskripsi tentang definisi Sifilisdan Gonoroe
1.3.2    Untuk menghasilkan deskripsi tentang penyebab terjadinya Sifilis dan Gonoroe
1.3.3    Untuk menghasilkan gambaran tentang manifestasi klinis penyakit Sifilis dan Gonoroe
1.3.4    Untuk menghasilkan gambaran tentang komplikasi yang terjadi pada Sifilis dan Gonoroe
1.3.5    Untuk menghasilkan gambaran tentang patofisiologi terjadinya Sifilis dan Gonoroe
1.3.6    Untuk menghasilkan deskripsi tentang pemeriksaan penunjang pada Sifilis dan Gonoroe
1.3.7    Untuk menghasilkan gambaran tentang penatalaksanaan Sifilis dan Gonoroe
1.3.8    Untuk menghasilkan gambaran tentang proses asuhan keperawatan pada penyakit Sifilis dan Gonoroe

1.4         Manfaat
1.4.1    Memberikan informasi tentang penyakit Sifilis dan Gonoroe
1.4.2    Memberikan informasi tentang proses asuhan keperawatan pada pasien dengan Sifilis dan Gonoroe











BAB 2
PEMBAHASAN

2.1     SIFILIS
2.1.1    Definisi
Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama system kardiovaskular, otak dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis kongenital ( Husna, Atiek, Purnawan ).
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan mempunyai beberapa sifat, yaitu : perjalanan penyakitnya sangat kronis, dalam perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam – macam penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali ( rekuren ), dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan kongenital ( Dwi Murtiastutik ).
Sifilis ( sering disebut lues atau raja singa ) adalah penyakit menular akibat hubungan seksual ( PHS ) yang disebabkan oleh bakteri dari jenis Treponema pallidum, bersifat menahun, dapat menimbulkan komplikasi yang luas yaitu merusak hamper semua jaringan tubuh ( termasuk otak dan kardiovaskular ) ( Drs. H Akhsin Zulkoni M Si ).


Klasifikasi
Secara garis besar sifilis dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.        Sifilis kongenital ( bawaan )
Sifilis yang terjadi akibat infeksi Treponema yang berasal dari ibu yang terinfeksi sifilis primer atau sekunder, jarang infeksi laten. Infeksi dapat terjadi pada tahap atau usia kehamilan manapun.
2.        Sifilis akuisita ( didapat )
Penyebaran yang terjadi akibat kontak seksual langsung, transfusi darah atau kontak dengan jaringan yang terinfeksi.
Sifilis dikelompokkan berdasarkan gambaran klinis :
1.        Sifilis Primer ( SI )
Kuman masuk dan melalui masa inkubasi antara 9 – 90 hari ( rata – rata 2 – 4 minggu ). Infeksi diawali dari munculnya daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus ( luka terbuka ), tanpa disertai nyeri ( disebut chancre / cangker ). Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Luka atau ulkus terjadi yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina, anus, rectum, bibir, lidah, tenggorokan, leher Rahim, jari – jari tangan atau bagian tubuh lainnya, luka inilah yang merupakan tempat infeksi Treponema pallidum pertama kali.Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan.Luka biasanya membaik dalam waktu 3 – 12 minggu dan penderita tampak sehat secara keseluruhan.
2.        Sifilis Sekunder ( SII )
Biasanya stadium II timbul 6 – 8 minggu kemudian dan pada waktu timbulnya, sepertiga masih disertai SI.Karena sifat kelainannya sistemik, maka selalu didahului gejala prodromal, misalnya sakit di daerah otot atau sendi, suhu badan subfebris, sukar menelan, malaise, anoreksia, dan sefalgia. Kelainan yang timbul dapat mengenai kulit ( 75 % ), selaput lender ( 30 % ), kelenjar ( 50 %), dan alat – alat dalam ( 10 % ).
3.        Sifilis Laten
Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun – tahun lamanya.
4.        Sifilis Tersier ( sifilis benigna lanjut / SIII )
Kelainan timbul 3 – 10 tahun sesudah stadium I. Pada stadium ini, bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
5.         Sifilis Kardiovaskular dan Neurosifilis
Sifilis kardiovaskular timbul 10 – 40 tahun setelah infeksi primer dan terdapat pada sekitar 10 % kasus lanjut dan 40 % dapat bersama neurosifilis. Sifilis kardiovaskular dapat dibagi dalam 3 tipe :
a.       Sifilis pada jantung
b.      Sifilis pada pembuluh darah besar
c.       Sifilis pada pembuluh darah sedang
Sifilis neurosifilis merupakan sifilis pada system saraf dan terjadi pada sekitar 5 % penderita yang tidak diobati.Infeksi terjadi pada stadium dini.Sebagian besar kasus tidak memberikan gejala, setelah bertahun – tahun baru menimbulkan gejala.Gejala klinis neurosifilis terjadi setelah 5 – 25 tahun dari afek primer atau infeksi awal. Neurosifilis dibagi menjadi 4 jenis :
a.         Neurosifilis asimtomatis
b.         Neurosifilis meningovaskuler
c.         Neurosifilis parenkimatosa

2.1.2        Etiologi
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar.
Troponema Pallidum
2.1.3        Manifestasi Klinis
1.        Sifilis Primer ( SI )
·         Terjadi 10-90 hari setelah infeksi
·         Tanda klinis yang pertama berupa tukak, biasanya hanya berjumlah satu meskipun dapat juga multiple
·         Sedikit nyeri pada papula, papula berukuran 1-2 cm, teraba keras
·         Lesi bisa ditemukan di genitalia eksterna serta pada bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus
·         Berbentuk bulat/lonjong, bersih, merah dan tidak ada tanda-tanda radang
·         Terjadi pembesaran getah bening
2.        Sifilis Sekunder ( SII )
·         Terjadi 1-6 bulan stelah infeksi
·         Kebotakan pada rambut, alis dan bulu mata
·         Kondilomatalata
·         Lesi membran mukosa, lesi dapat berupa papula dan macula
·         Gejala penyakit sistemik mencakup demam ringan, sakit kepala, anoreksia dan nyeri pada tulang
·         Terjadi pembesaran kelanjar limfe
3.        Sifilis Laten
Semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun – tahun lamanya.
4.        Sifilis Tersier
Sifilis tersier yang muncul pada 1/3 dari penderita yang tidak ditangani dengan baik. Biasanya timbul 1-10 tahun setelah infeksi awal, tetapi pada beberapa kasus bisa sampai 50 tahun baru timbul, stadium ini bisa dilihat dengan tanda-tanda timbul benjolan seperti tumor yang lunak. Pada stadium ini, banyak kerusakan organ yang bisa terjadi, mulai dari kerusakan tulang, saraf, otak, otot, mata, jantung, dan organ lainnya.
5.        Sifilis Kardiovaskular dan Neurosifilis
Sifilis kardiovaskular
Umumnya gejala baru timbul setelah 10 – 20 tahun setelah infeksi primer. 10 % penderita sifilis akan mengalami fase ini. Kematian akibat sifilis fase ini biasanya akibat kematian kematian pembuluh darah besar jantung seperi aorta.
Sifilis neurosifilis
Neurosifilis baru timbul setelah 10 – 20 tahun terjadinya infeksi primer.Pada neurosifilis dapat terjadi gangguan mental ringan sampai berat.Dapat juga terjadi gangguan saraf seperti kelumpuhan, kehilangan reflex, gangguan kandung kemih, impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong – potong.

2.1.4        Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil.Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
Benjolan kecil atau tumor. Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.
                     Masalah Neurologi
Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem, seperti:
·         Stroke
·         Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord (meningitis)
·         Koordinasi otot yang buruk
·         Numbness (mati rasa)
·         Paralysis
·         Deafness or visual problems
·         Personality changes
·         Dementia
Masalah kardiovaskular
Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan  inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.
                     Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.
                     Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir
Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi.
Pada stadium primer komplikasi  diatas belum terjadi. Manifestasi di atas dapat muncul pada sifilis dengan stadium tersier dan kongenital karena infeksi Treponema mencapai sistem saraf pusat (SSP), sehingga apabila sudah mengenai SSP maka akan mengganggu semua sistem tubuh  sehingga akan terjadi penurunan daya imun yang memudahkan masuknya infeksi lainnya, pada organ ginjal akan menyebabkan gangguan sistem perkemihan dan akan mengganggu sistem organ lainnya.











2.1.5        Patofisiologi


Treponema pallidum







Text Box: Kurang pengetahuan

 


                                                          Unhealthy sex               Mikrolesi / selaput lender berkembangbiak


 

Jaringan bereaksi


 

Membentuk infiltrate
( sel limfosit dan sel plasma )
di pembuluh darah kulit


 

                                                                                                                           Berploriferasi


 

Menekan serabut saraf nyeri   Dikelilingi T. pallidum
                                                                       Dan sel radang
Medula spinalis di hipothalamus
                                                                 Hipertropi endothelium
 

Text Box: NyeriText Box: Gangguan integritas kulitObstruksi lumen
Text Box: Gangguan konsep diri                                                                                                                    
                                                                                 Lesi


 


Pengobatan             Tidak ada pengobatan






 

Sifilis sembuh         Kelenjar getah bening regional


 

                                                 Penyebaran hematogen
Infeksi sistemik



Text Box: Hipertermi
 





2.1.6        Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope).Padakasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non protonema.Uji non protonema seperti Venereal. Disease Research Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum.Hasil ujikuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amatmembantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi) danturun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granulomainguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan ( kanker ).


2.1.7        Penatalaksanaan
2.1.7.1       Medikamentosa
·         Sifilis primer dan sekunder
Ø  Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit injeksi IM ( 2,4 juta unit/kali ) dan diberikan satu kali seminggu, atau
Ø  Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari, atau
Ø  Penisilin prokain +2 % aluminium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak 2 kali seminggu.

·         Sifilis laten
Ø  Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit, atau
Ø  Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit ( 600.000 unit sehari ), atau
Ø  Penisilin prokain +2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit ( diberikan 1,2 juta unit/kali, 2 kali seminggu )
·         Sifilis tersier
Ø  Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit, atau
Ø  Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit ( 600.000 unit sehari ), atau
Ø  Penisilin prokain +2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit ( diberikan 1,2 juta unit/kali, 2 kali seminggu )
·         Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :
Ø  Tetrasiklin 500 mg/oral 4 kali/hari selama 15 hari, atau
Ø  Eritromisin 500 mg/oral 4 kali/hari selama 15 hari, atau
Untuk pasien sifilis laten lanjut(> 1 tahun ) yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :
Ø  Tetrasiklin 500 mg/oral 4 kali/hari selama 30 hari, atau
Ø  Eritromisin 500 mg/oral 4 kali/hari selama 30 hari, atau
Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, menyusui, dan anak – anak.
2.1.7.2       Pemantauan serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun pertama, dan setiap 6 bulan pada tahun kedua.
2.1.7.3       Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal – hal sebagai beikut :
·           Bahaya PMS dan komplikasinya
·           Pentingnua mematuhi pengobatan yang diberikan
·           Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
·           Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi
·           Cara – cara menghindari infeksi PMS di masa dating

2.1.8    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SIFILIS
PENGKAJIAN
1.    Identitas
Sifilis bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin.
2.        Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
3.        Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
4.    Riwayat Penyakit Dahulu
5.    Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan.
6.    Pengkajian Persistem
a.    Sistem integumen
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
b.    Kepala dan Leher
Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).
Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.
Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng).
Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
c.    Sistem Pernafasan
d.    Sistem kardiovaskuler
Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.
e.    Sistem penceranaan
Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.
f.     Sistem muskuloskeletal
Pada neurosifilis terjadi athaxia.
g.    Sistem Neurologis
Biasanya terjadi parathesia.
h.    Sistem perkemihan
Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan.
                                                                                      i.         Sistem Reproduksi
Biasanya terjadi impotensi.

DIAGNOSA
Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis
a.       Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis.
b.      Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan.
c.       Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman.
d.      Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.

INTERVENSI
a.    Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis.
Kriteria hasil : Kembalinya kulit normal.
Intervensi :
1.        Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari baju ketat.
R/ : Menurunkan iritasi
2.        Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.
R/ :Untuk menyeimbangkan cairan.
3.        Berikan dengan latihan rentang gerak.
R/ : Mencegah kerusakan lebih lanjut.
4.        Kolaborasi dengan tim medis lain.
R/ : Untuk mempercepat proses penyembuhan.
b.        Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang
Intervensi :
1.        Kaji tingkat nyeri
R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
2.        Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
R/ : Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri.
3.        Berikan posisi yang nyaman
R/ : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri.
4.        Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin.
R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri.
c.         Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman.
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36 – 37o)
Intervensi :
1.        Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis.
R/ : Agar terjadi pemindahan panas.
2.        Pantau suhu tubuh pasien
R/ : Mengetahui adanya infeksius akut.
3.        Beri pasien kompres hangat.
R/ : Untuk menurunkan suhu tubuh.
4.        Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik.
R/ : Untuk mengurangi demam / menurunkan suhu tubuh
d.        Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.
Kriteria hasil :
1.        dapat mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.
2.        Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif.
Intervensi:
1.        Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah.
R/ : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan.
2.        Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
R/ : Membantu peningkatkan [erasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan.
3.        Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri.
R/ : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan meningkatkan proses rehabilitasi.


2.2     GONORHOE
2.2.1      Definisi
Gonoroe adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae ( N. Gonorrhoeae )
Gonoroe ( Gonorhoeae ) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorhoeae, suatu diplokokus gram negatif. Infeksi umumnya terjadi karena aktivitas seksual secara genito – genital, namun dapat juga melalui kontak seksual secara oro – genital dan ano – genital.Pada laki – laki umumnya menyebabkan urethritis akut, sementara pada perempuan menyebabkan servisitis yang mungkin saja asimtomatis.
Kuman N. gonorhoeae paling mudah menginfeksi daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang ( imatur ), misalnya pada vagina wanita sebelum pubertas.
Umumnya penularan melalui hubungan kelamin, yaitu secara genito – genital, oro – genital, dan ano – genital.


2.2.2      Etiologi
Penyebab gonoroe adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada empat spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningiditis yang bersifat pathogen serta N. catarrhalis dan N. faringis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesien ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 μ dan panjang 1,6 μ bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat negative – gram terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39o C dan tidak tahan zat disinfektan.
Secara morfologis gonokok ini terdiri dari 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan  yang tidak mempunyai pilidan bersifat non virulen. Pili akan melekat pad mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang ( imatur ), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
Gonokok

2.2.3      Manifestasi Klinis
Pada pria:
·           Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
·           Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
·           Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
·           Retensi urin akibat inflamasi prostat
·           Keluarnya nanah dari penis.
Pada wanita:
·         Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
·         Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)
·         Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
·         Nyeri ketika berkemih
·         Keluarnya cairan dari vagina
·         Demam
·         Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah
.
2.2.4      Komplikasi
Pada Pria :
a.       Tysonitis
b.      Parauretritis
c.       Radang kelenjar Littre ( litritis )
d.      Infeksi pada kelenjar Cowper ( Cowperitis )
e.       Prostatitis akut
f.       Gejala prostatitis kronik ringan dan intermiten
g.      Vesikulitis
h.      Epididimitis akut
i.        Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria
Pada wanita :
a.       Parauretritis
b.      Kelenjar bartholin dan labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan
c.       Salpingitis



















2.2.5      Patofisiologi
N. Gonorhoeae
Text Box: Kurang pengetahuanHubungan seksual genito-genital,
Oro-genital, ano-genital
Infeksi oro-genital pria
Inkubasi 2 – 7 hari

Infeksi uretra                                                                  Infeksi genital
             UretrositiText Box: Hipertermi                                                      Pria                                Wanita
              Inflamasi                                               Epididimitis                       Salfingitis
Hipervaskularisasi                                                        Obstruksi saluran
                                                                                                Sperma / ovum
Text Box: Resiko infertilisasi  Edema uretra                      aliran urin terganggu                   
          Mendesak daerah                        Urin tersendat            
                Inflamasi                                     Disuria
Text Box: Gangguan pola eliminasi urin         Menekan serabut                        
               Saraf nyeri                             
  Menyerang medula spinalis                                                        Peningkatan leukosit
Text Box: Resiko penyebarab infeksiText Box: Nyeri         Pada hipothalamus                     Pus purulen
2.2.6      Pemeriksaan Penunjang
a.    Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan diplokokus Gram negative, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit PMN. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari serviks, uretra, muara kelenjar Bartholin, dan rectum.
b.    Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan ( kultur ). Dua macam media yang dapat digunakan :
      Media transport, misalnya media Stuart dan media Transgrow ( merupakan gabungan media transport dan pertumbuhan yang selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae dan N. meningitides ).
      Media pertumbuhan, misalnya Mc Leod’s chocolate agar, media Thayer Martin ( selektif untuk mengisolasi gonokok ), agar Thayer Martin yang dimodifikasi.
c.    Tes definitif
1.  Tes oksidasi. Semua Neisseria memberi reaksi positif
2.  Tes fermentasi. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa
d.    Tes β – lactamase
Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim β – lactamase.
e.    Tes Thomson
Dengan menampung urin pagi dalam dua gelas, tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung
Pada sarana pelayanan kesehatan di luar rumah sakit ( puskesmas, klinik/praktek pribadi ), pemeriksaan Gram sudah cukup memadai.

2.2.7      Penatalaksanaan
2.2.7.1   Medikamentosa
·           Pilihan utama dan kedua adalah siprofloksasin 500 mg dan ofloksasin 400 mg. Berbagai rejimen yang dapat diberikan adalah :
Ø  Siprofloksasin 500 mg/oral, atau
Ø  Ofloksasin 400 mg/oral, atau
Ø  Seftriaxone 250 mg injeksi IM, atau
Ø  Spektinomisin 2 g injeksi IM
Dikombinasi dengan
Ø  Diksisiklin 2 x 100 mg, selama 7 hari, atau
Ø  Tetrasiklin 4 x 500 mg, selama 7 hari, atau
Ø  Eritrimisin 4 x 500 mg, selama 7 hari
·           Untuk daerah dengan insidens galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase ( NGPP ) rendah, pilihan utamanya adalah penisilin G prokain aqua 4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat lain yang dapat dipakai antara lain :
Ø  Ampislin 3,5 gram + 1 gram probenesid, atau
Ø  Amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid
·           Pada kasus gonoroe dengan komplikasi dapat diberikan salah satu obat di bawah ini :
Ø  Siprofloksasin 500 mg/hari per oral selama 5 hari
Ø  Ofloksasin 400 mg/hari per oral selama 5 hari
Ø  Sefriaxone 250 mg/hari injeksi IM selama 3 hari
Ø  Kanamisin 2 g injeksi IM selama 3 hari
Ø  Spektinomisin 2 g/hari injeksi IM selama 3 hari
Dikontraindikasikan untuk wanita hamil, menyusui, dan anak – anak berusia kurang dari 12 tahun.
2.2.7.2   Nonmedikamentosa
·           Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang :
Ø  Bahaya penyakit menular seksual ( PMS ) dan komplikasinya
Ø  Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Ø  Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
Ø  Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat dihindarkan
Ø  Cara – cara menghindari infeksi PMS di masa datang
·           Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya





2.2.8      KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
              PENGKAJIAN
1.    Identitas
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamt, tanggal masuk Rumah Sakit.
2.         Keluhan Utama
Biasanya nyeri  saat kencing
3.         Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri dan kapan keluhan dirasakan.
4.         Riwayat Penyakit Dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya, (sinovitis, atritis)
5.         Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
6.         Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a.         Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea. Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut telah parah.
b.        Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi terjadi pada tenggrokan maka pasien akan merasakan nyeri pada tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan.
c.         Pola eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekwensi, warna dan bau urin.
d.        Pola latihan /aktivitas
Tanyakan bagaiman pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas klien tidak begitu  terganggu.
e.         Pola istirahat tidur
Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien merasa terganggu dengan nyeri yang dirasakannya.
f.         Pola persepsi kognitif
Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi pada mata pasien maka kita harus mengkaji peradangan pada konjunctiva pasien.
g.        Pola persepsi diri
Tanyakan kepada klien bagaimana ia memandang penyakit yang dideritanya. Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia alami saat ini. Tanyakan apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan pada diri pasien.Biasanya klien merasa cemas dan takut terhadap penyakitnya.
h.        Pola Koping dan toleransi stress
Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien, apakah stres yang dialami mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola makan dan lain-lain. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang. Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
i.          Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat.Apakah hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat.Apakah klien mampu bergaul dengan masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya klien merasa kesepian dan takut tidak diterima dalam lingkungannya.
j.          Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien.Berapa jumlah anak klien.Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya.
k.             Pola keyakinan
Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas ibadah klien, apakah klien taat beibadah. Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan.




              DIAGNOSA
a.     Nyeri berhubungan dengan reaksi infeksi
b.    Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan  proses inflamasi
c.     Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
d.    Risiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
e.     Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit

              INTERVENSI
a.     Nyeri berhubungan dengan reaksi infeksi
Tujuan:
·      Mengenali faktor penyebab
·      Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
·      Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
·      Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi:
1.      Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
2.      Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
3.      Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
4.      Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
5.      Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur ruangan, penyinaran, dll)
6.      Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (contoh : relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas)
7.      Berikan analgesik sesuai anjuran
8.      Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
9.      Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

b.    Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan  proses inflamasi
Tujuan:
·           Urin akan menjadi kontinens
·           Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri


Intervensi :
1.      Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat
2.      Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan

c.     Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan:
·         Suhu dalam rentang normal
·         Nadi dan RR dalam rentang normal
·         Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi:
1.        Monitor vital sign
2.        Monitor suhu minimal 2 jam
3.        Monitor warna kulit
4.        Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
5.        Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
6.        Kompres klien pada lipat paha dan aksila
7.        Berikan antipiretik bila perlu

d.    Risiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi :
1.    Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
·       Bahaya penyakit menular
·       Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
·       Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
·       Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya.

e.     Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya dengan indikator:
·           Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
·           Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
·           Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil
Intervensi :
1.      Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
2.      Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
3.      Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan, pekerjaan)
4.      Bantu klien menerima perasaan positif dan negative
5.      Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi


2.3 Perbedaan Sifilis dan Gonoroe
Perbedaan
Sifilis
Gonoroe
Definisi
Penyakit infeksi oleh Treponema pallidum dengan perjalan penyakit yang kronis dan dapat menyerang semua organ dalam tubuh
Penyakit infeksi kelamin oleh Neisseria gonorrhoee yang umumnya terjadi akibat hubungan seks secara genito-genital, oro-genital, ano-genital.
Etiologi
Treponema Pallidum
Neisseria Gonorrhoeae
Manifestasi klinis
·       Fase Primer
Ø  Terbentuk luka / ulkus yang tersering pada penis dan vagina
Ø  Jika luka digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular
·       Fase Sekunder
Ø Terbentuk luka
Ø Malaise
Ø Anoreksia
Ø Mual
Ø Lelah
Ø Demam
Ø Anemia
·       Fase Laten
Setelah sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak Nampak gejala sama sekali
·       Fase Tersier
Ø Muncul benjolan ( gumma ) bias ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh,
Ø Nyeri
Ø Aneurisma aorta
·       Pada Pria
Ø Rasa tidak enak pada uretra
Ø Nyeri
Ø Keluar nanah pada salurang kencing / penis
Ø Sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih
·       Pada Wanita
Ø Nyeri
Ø Desakan untuk berkemih
Ø Keluarnya cairan dari vagina
Ø Demam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar