MAKALAH PENYAKIT OSTEOMIELITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sistem Muskuloskeletal
Nama Kelompok:
1. Arifianti Fauziah (05201011115)
2. Dewi Puspita Indah Sari (05201011003)
3. Fitria Rahayu Lestari (05201011090)
4. Muhamad Najib Al Haritsi ( 05201011150)
5. Nanda Wardianto ( 05201011034)
6. Ningsih Khaqul Mubin (05201011087)
7. Nurul Istiqomah (05201011058)
8. Nurul Khamidah (05201011059)
9. Okky Rizki Priyandani (05201011016)
KELAS 2C
STUDY S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami. Sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ makalah penyakit muskuloskeletal”.
Makalah ini berisikan tentang definisi, tanda dan gejala, dan konsep teori dasar penyakit osteomielitis. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pasien yang mengalami osteomielitis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Mojokerto, 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Tujuan .........................................................................................
1.3 Manfaat ......................................................................................
Bab II Pembahasan ................................................................................
2.1 Definisi........................................................................................
2.2 Etiologi .......................................................................................
2.3 Klasifikasi
2.4 Faktor yang mempengaruhi.........................................................
2.5 Manifestasi klinis .......................................................................
2.6 patologi........................................................................................
2.7 patofisiologi.................................................................................
2.8 komplikasi
2.9 penatalaksanaan
2.10 pemeriksaan penunjang
Bab III Penutup .....................................................................................
3.1 Keseimpulan ...............................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
infeksi tulang dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Osteomilitis hematogen akut adalah penyakit pada tuang yang sedang sembuh. Osteomielitis akut yang tidak diterapi secara adekuat, akan berkeembang menjadi osteomielitis kronik.infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut dan kronik. Osteomielitis kronik sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena keterbatasan asupan darah. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
Osteomielitis kronis adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak di tangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya osteomielitis sangat resisten terhadap pengobatan antibiotika. Hal ini disebabkan karena sifat korteks tulang yang tidak memiliki pembuluh darah. Infeksi tulang sangat sulit dutangani , bahkan tindakan drainase dan debridemen, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk menghilangkan penyakit.
1.2 Tujuan
1.2.1 untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai penyakit osteomielitis.
1.2.2 Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai konsep dasar teori penyakit osteomielitis.
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui penyebab penyakit osteomielitis.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengerti konsep dasar teori penyakit osteomielitis.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan bila dibandingkan dengan infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum. (Smeltzer, 2002).
Mengutip pendapat Reeves(2001), osteomielitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau korteks tulang, dapat berupa eksogeneus (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogeneus (infeksi yang beasal dari dalam tubuh).
Menurut Noer S (1996), osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang biasanya menyerang metafisis tulang panjang dan banyak terdapat pada anak-anak.
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
· Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
· Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
· Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
· Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencakup sumsum dan atau korteks tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut atau kronis, dan biasanya menyerrang metafisis tulang panjang.
2.1.2 Etiologi
1. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.
3. Proses spesifik (M.Tuberculosa)
4. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA)
2.1.3 klasifikasi
Klasifikasi osteomielitis diagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen)
Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
1. Staphylococcus (orang dewasa)
2. Streplococcus (anak-anak)
3. Pneumococcus dan Gonococcus
2.1.4 faktor yang mempengaruhi
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
2. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
2.1.6 patologi
patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada usia, daya tahan klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui darah dari fokus di tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus infeksi kemudiam masuk ke dalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang panjang proses selanjutnya adalah terjadi hiperimia dan edema di daerah metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang ketika jaringan tulang tidak berekspansi, menyebabkan tekanan dalam tulang meningkat. Peningkatan tekanan dalam tubuh terganggunya sirkulasi dann timbul trombosis pada pembuluh darah tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Di samping proses yang disebutkan diatas, pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisi (terutama pada anak-anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, terjadi pengeluaran pus (discharge) keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya, penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis.
Berdasarkan usia dan pola vaskularisasi pada daerah metafisis dad epifisis, Chairudin Rasjad membagi proses patologis osteomielitis akut menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bayi. Adanya pola vaskularisasi fetus menyebabkan penyebaran infeksi dari metafisis dan epifisis mauk ke dalam sendi sehingga seluruh tlang termasuk persendian dapat terkena. Lempeng epifisis biasanya lebih resisten terhadap infeksi.
2. Anak. Dengan terbentuknya lempeng epifisis serta osifikasi yang sempurna, resiko infeksi pada epifisis berkurang karena lempeng epifisis merupakan barier terhadap infeksi. Selain itu, tidak ada hubungan vaskularisasi yang berarti antara metafisis dan epifisis . infeksi pada sendi hanya dapat terjadi bila ada infeksi intra-artikular.
3. Dewasa. Osteomielitis akut pada orang dewasa sangat jarang terjadi karena lempeng epifisis telah hilang. Walaupun infeksi dapat menyebar ke epifisis,infeksi intra-artikular sangat jarang terjadi. Ebses subperiosteal juga sulit terjadi karena periosteum melekat erat pada korteks.
2.1.7 Patofosiologi
Faktor predisposisi: usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi.
Invasi mikro organisme fraktur terbuka
Dari tempat lain yang beredar melalui
Sirkulasi darah kerusakan pembuluhh darah dan adanya port de entree
Masuk ke juksa epifisis
Tulang panjang
Invasi kuman ke
tulang dan sendi
osteomielitis
fagositosis
proses inflamasi: hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan.
Proses inflamasi keterbatasan gerak peningkatan tekanan pembentukan pus, Jaringan tulang dan medula nekrosis jaringan
Demam malaise penurunann kemampuan iskemia dan
Penurunan nafsu pergerakan nekrosis tulang penyebaran komplika
Hambatan mobilitas fisik |
Resiko tingggi trauma |
Nyeri |
Defisit perawatan diri |
kerusakan lempeng kurang
Gangguan pertumbuhan |
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh |
fisik pengetahuan da d dan informasi
tirah baring lama,
penekanan lokal
Defisiensi pengetahuan dan informasi |
Kerusakan integritas kulit |
kronis
prognosis penyakit
- Ketidakefektifan koping individu - Ansietas |
2.1.8 komplikasi
1. Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2 Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh
3) Atritis septik
- Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
2.1.9 Penatalaksanaan medis
- Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
- Melalui oral (mulut)
- Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.
2.10 Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah
- Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas
- Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella
- Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.
- Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
- Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
- Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
- MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.
2.11. pencegahan
1. penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
2. penangan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
3. pemeriksaan klien secara teliti, perhatikan lingkungan pembedahan, dan teknik pembedahan.
4. penggunaan antibiotik profilaksi, untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24-48 jam setelah operasi.
5. teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik.
DAFTAR PUSTAKA
Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Noer S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Reeves C.J., Roux G., Lockhart R. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerjemah: Joko Setyono. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer S.C., Bare B.G.2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner Dan Suddarth. Penerjemah: Andry Hartono,H.Y. Kuncara, Elyana S.L.S, Dan Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar